Memadukan Melukis Dengan Hipnoterapi
”Kami diminta melukis
sebebas-bebasnya, sesuai dengan apa yang kami rasakan. Melalui goresan tangan
dan lukisan, baik di kertas maupun
kanvas, ekspresi perasaan bisa dilepaskan. Saya merasa seperti ada bebas yang
lepas”.
Selembar kertas kosong itu diminta untuk
dicorat-coret. Dibuat dengan pensil, coretan di kertas itu tidak boleh
terputus, artinya ujung pensil tak boleh sedikitpun terangkat dari kertas.
”Silakan coret apa saja”, kata Verri Jaya Priyana, MA, meminta Tempo untuk
terus mencoret di atas kertas.
Verri, (47 tahun), adalah
seorang pelukis impresionis. Sejak kecil ia punya hibby menggambar dan mulai
serius melukis setelah menginjak usia SMA. Saat bekerja di sebuah perusahaan
otomotif, dia mempelajari ilmu hipnoterapi. Dua hal itu kemudian dikawinkan.
”Melukis itu melepaskan kita dari rutinitas sehari-hari,” ujarnya. Begitu pula
dengan hipnoterapi, bagaimana memaksimalkan otak kanan”, pria kelahiran Tegal,
Jawa Tengah, itu menambahkan.
Dia semakin bersemangat menyatukan keduanya
setelah bertemu dengan Victoria Abdoela Eva, seseorang yang menekuni terapi
seni lukis dari Rusia. ”Dari dia kemudian saya memberikan terapi” ujar pria
yang mulai memberikan terapi pada 2011 itu.
Hingga saat ini Verri sudah memberikan terapi
lukis kepada sejumlah kelompok, dari ibu-ibu, bapak-bapak hingga anak TK.
Menurut Verri tidak ada perbedaan antara memberikan terapi pada orang
dewasa dan untuk anak-anak. ”Saya tetap
membebaskan mereka untuk melukis” katanya.
Rabu lalu itu. Verri mengajak tempo mencoba metoda
terapinya di sanggar seninya di daerah Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan. Verri
tidak memberikan batasan waktu kapan coretan itu diselesaikan. Yang penting,
mencoretlah sesuka hati.
Sebelum meminta mencoret-coret, Verri memberikan
daftar sejumlah pertanyaan. Jawaban dari pertanyaan ini akan berguna untuk
mengetahui tipe warna kepribadian. Verri mengatakan kegiatan mencoret-coret
pada selembar kertas kosong itu tak punya makna khusus selain sebagai bentuk
eksplorasi imajinasi untuk membebaskan dari belenggu ”mental block”. Karena itu
Verri tak punya respons atas hasil coretan. Ia hanya melihatnya dan sudah k ada
komentar apapun atas hasil coretan.
Sesudah mencoret-coret, peserta lalu diminta Verri
untuk menggambar lagi pada kertas A4. kali ini sebuah contoh diberikan, sebuah
gambar ketel kecil, gelas cangkir lengkap dengan tatakan, kesemuanya dalam
posisi terbalik. Karena itu menggambarnyapun dalam posisi terbalik, ”ini untuk
melatih konsentrasi, membayangkan cangkirnya dalam keadaan terbalik”, katanya.
Tak ada komentar apapun atas dua gambar coretan
itu, Bagi Verri keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan imajinasi. Tak
ada penilaian apapun atas hasil coretan
itu. Kemudian ia meminta Tempo untuk menggambar, melukis pada sebuah kertas
gambar. Seperangkat cat air dan acrylic sudah disiapkan. ”Gunakan jari Anda
untuk menggambar”, ujarnya.
Sejumlah pilihan warna telah tersedia. Verri
membebaskan untuk memilih warna kesukaan apa yang akan digoreskan di kertas.
”Kalau perlu gunakan semua jari untuk melukis,” katanya. Menurut Verri dengan
langsung menggunakan jari untuk melukis
ekspresinya akan lebih bebas. Sentuhannya akan berbeda bila menggunakan
kuas,” katanya.
Terapi melukis belum berhenti di sini, masih ada
tahapan terapi berikutnya. Menurut Verri, melukis dengan jari tangan ini
semacam sketsa awal, untuk melukis di kanvas yang sebenarnya. ”tapi bisa saja
berbeda dengan gambaran yang di sin” ujarnya.
Namun sebelum melukis di kanvas yang sebenarnya,
berukuran 60 x 40 sentimeter, Verri mengajak meditasi, tak perlu tempat khusus
Verri cukup meredupkan cahaya di ruangan tengah. ”Imajinasikan Apa yang akan
Anda lukis,” katanya. ”Setelah Anda menemukan apa yang akan Anda lukis,
fokuslah pada obyek tersebut. Fokuskan apa saja yang ingin Anda lukis”.
Sekitar 15 menit, meditasi selesai. Sebuah kanvas
berbingkai, cat akrilik, dan seperangkat kuas sudah disiapkan di atas meja.
Namun sebelum mulai menggoreskan kuas tempo diminta membuat sketsa.
Lalu apa bedanya terapi melukis dengan belajar melukis?
Verri mengatakan , dalam terapi ini dia
tidak akan memberikan tehnik atau cara-cara melukis. ”Saya membebaskan mereka untuk melukis, tidak ada tehnik-tehnik
melukis yang saya ajarkan,” ujarnya.
Verri biasanya akan bisa tahu bagaimana cara
melukis seseorang, atau yang ia terapi dari tipe warna kepribadiannya.
Misalnya, bila yang datang kepadanya sudah membawa tumpukan sejumlah masalah,
”melukisnya akan lebih ekspresionis, trlihat abstrak”, tuturnya.
Tidak mudah melukis di kanvas berukuran 60 x 40
sentimeter, ”Memang butuh fokus, energi kita terserap ke atan kanvas,” ada
banyak ruang yang harus diisi apa yang harus di lukis. ”Kanvas itu seperti
mengambil energi kita.” katanya.
Meskipun terasa melelahkan, rasa puas akan terasa
begitu lukisan sudah selesai. Melukis itu menciptakan kenyamanan. Itulah yang
dipercaya Verri. Karena, dengan melukis, orang membebaskan ekspresinya. Kondisi
yang teman dan nyaman itulah, kata dia, yang membuat orang tidak mudah diserang
penyakit. ”dengan melukis, orang menjadi kalis dari penyakit,” ujarnya.
Nurul Wijayati, 49 tahun, merasa terapi melukis
yang diberikan Verri membantu dirinya lepas dari rutinitas yang menjenuhkan.
Pekerjaannya sebagai guru SMA di Bekasi, dan menjalankan toko seragam, membuat
hari-harinya menjemukan.
Sebaliknya, di kelas Verri, dia bersama sekitar 20
teman arisannya bebas mengekspresikan perasaannya melalui pilihan-pilihan warna
dan coretan-coretan di kertas. Kami diminta melukis sebebas-bebasnya, sesuai
dengan apa yang kami rasakan,” katanya, Melalui goresan tangan dan lukisan,
baik di kertas maupun kanvas, ekspresi perasaan bisa dilepaskan. ”Saya merasa
seperti ada perasaan bebas yang lepas”, ujarnya.
Dalam memberikan terapi, kata Nurul, Verri tidak
menyampaikan tuntutan yang spesifik harus melukis apa. Tahapan-tahapan terapi
dimulai dari mengisi quesioner, mencorat-coret gambar, menggambar sketsa,
hingga meditasi dan melukis di atas kanvas. ”Kami diminta menumpahkan apa yang
dibenak, apa yang selama ini membebani, untuk dituangkan di atas kanvas dan kertas,”
katanya. (IQBAL MUHTAROM).
Tempo, Minggu, 14 April
2013.
Untuk info Terapi Seni Lukis hubungi :
Rumah Sehat Thera Afiat
Jl. Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Telp./WA 08111494599
08788 3171247
Pin 28303BAC
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar