Selasa, 07 Juli 2015

Mengekspresikan Kejujuran


Lukisan : Mencari Cinta, Karya : Verri JP MA, 70 x 80cm,
Oil on Canvas

Mengekspresikan Kejujuran
Oleh : Tjahjo Widyasmoro

”Lewat lukisan saya bisa mengekspresikan kejujuran saya sendiri tanpa harus dibuat-buat, tanpa harus dibagus-bagusin..” (Inggrid Widjanarko)

Inggrid Widjanarko berani  menggoreskan kuas pada kanvas bukan lantaran merasa jago. Melukis baginya hanyalah merupakan kegiatan yang dilakukan di waktu senggangnya dalam tujuh tahun terakhir ini. ”Jangankan ngelukis, nggambar saja nggak bisa kok,”: akunya jujur. Ia melukis karena ingin mencoba dan mengetahui sejauh mana kapasitas diri yang ada di dalam dirinya. ”Kita tidak tahu kapasitas itu, makanya harus dicoba,” tuturnya.
Inggrid mengistilahkan tindakannya ini sebagai ”terapi kejujuran”. Penjelasannya kira-kira begini : Menemukan jati diri dengan berani mencoba melakukan sesuatu yang sama sekali baru. Meski memakai istilah ”jujur”, Inggrid menolak jika  dikatakan aktivitas sehari-harinya yang bergerak di seputar dunia hiburan dan pengorganisasian acara penuh ketidakjujuran.
”Lewat lukisan, saya bisa mengekspresikan kejujuran saya sendiri tanpa harus dibuat-buat, tanpa harus dibagus-bagusin, saya senang, saya bahagia dengan hasil yang segitu-gitunya.”  jelas perempuan kelahiran Jakarta, 46 tahun silam ini.
Pengakuan Inggrid memang apa adanya. Menyimak lukisan karya-karyanya, boleh jadi sejenak kita akan berkerut kening. Dominasi warna-warna terang begitu terasa di kanvas ukuran kecil itu. Obyek-obyek lukisannya juga amat beragam seperti bunga, matahari, atau  rumah  Terasa betul lukisannya dipengaruhi oleh kata hatinya, mulai pemilihan tema, warna termasuk soal teknik.
Inggrid memulai hobi barunya bersamaan dengan mencuatnya krisis ekonomi negeri ini tahun 1998. Akibat krisis, bisnis hiburan yang digelutinya seolah nyaris tanpa  kegiatan, situasi itu mendorong para selebritis melakukan kegiatan amal melalui pameran lukisan.
”Waktu persiapan pameran, saya mencoba ikut coret-coret di kanvas. Hasilnya ternyata ikut dipamerkan,” tutur pembawa acara di beberapa stasiun televisi ini bangga. Ia sendiri mengaku, sedikit pede ikut berpameran karena nama-nama yang terlibat bukanlah pelukis profesional. Melainkan sebatas pehobi. Sejak itulah melukis jadi bagian dari aktivitas barunya.
Saat dilanda kejenuhan oleh pelbagai kerja kreatif, Inggrid menyisihkan waktu sejenak untuk mengambil kanvas, kuas dan cat. Ia akan melukiskan apa saja yang terlintas di benaknya. ”Seenaknya aja, saya Cuma ndeprok duduk di lantai terus melukiskan apa saja yang terlintas di benaknya. Tidak memakai peralatan kayak pelukis beneran, ” kata Inggrid yang selalu memakai cat akrilik dan kanvas ukuran kecil.
Saat menuangkan ide-idenya itulah, Inggrid merasakan ketenangan  di dalam hati. Pasalnya sederhana, ia melakukan sesuatu yang disukainya. Setiap goresan dan perpaduan warna di kanvas dinikmati betul. Setiap bentuk dan warna mewakili segala imajinasinya tentang kehidupan.
”Aliran saya abstrak,”  katanya tanpa melanjutkan lebih lanjut. Tak heran jika kemudian banyak obyek yang dilukisnya sedikit sulit ditangkap orang lain yang tidak menyelami pribadi Inggrid lebih dalam. ”Saya gambarkan bunga, matahari, atau tumbuhan menjalar, sesuai imajinasi saya saja.” tutur perempuan yang masih melajang ini.
Judul-judul lukisannya juga diselaraskan dengan minatnya yang  besar dalam menulis, sehingga lahirlah kata-kata seperti  Cerita Cinta, Pasrah atau Penari. Lewat judul-judul bernada puitis ini, diharapkan orang-orang akan semakin mengerti gagasan-gagasan pelukisnya.
Meski masih awam, Inggrid sama sekali tidak berniat menyempurnakan teknik melukisnya. ”Selain tidak ada waktu, otak ini sudah nggak sampai kali ye,” katanya sambil terbahak. Maka ia juga tidak berusaha mempelajarinya secara khusus, seperti  mencari buku-buku tentang seni lukis atau belajar kepada guru tertentu.
Sejauh ini, hasil lukisannya lebih banyak diberikan ke orang lain sebagai hadiah. ”Mungkin karena lukisan saya dekoratif dan cocok dengan interior rumah,” duganya. Ada sekitar 15 lukisan yang kini dipasang di rumah teman atau tempat lain.
Sebuah lukisan biasanya dia selesaikan dalam dua atau tiga hari. ”Namun, saya selalu menyelesaikan setiap lukisan sampai tuntas, sampai diberi bingkai. Saya tidak pernah berhenti di tengah jalan,” kata putri dari Bambang Widjanarko, mantan ajudan Bung Karno ini.

-o0o-

Untuk mempelajari Art Painting Therapy
Bisa dihubungi :

V. J. Priyana, MA
Untuk info Terapi Seni Lukis hubungi :

Rumah Sehat Thera Afiat
Jl. Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Jakarta Utara

Telp./WA  08111494599
08788 3171247
Pin 28303BAC

Source:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar