Lukisan : Mencari Cinta, Karya : Verri JP MA, 70 x 80cm,
Oil on Canvas
Mengekspresikan
Kejujuran
Oleh : Tjahjo
Widyasmoro
”Lewat lukisan saya bisa mengekspresikan kejujuran saya sendiri tanpa harus
dibuat-buat, tanpa harus dibagus-bagusin..” (Inggrid Widjanarko)
Inggrid Widjanarko berani menggoreskan kuas pada kanvas bukan lantaran
merasa jago. Melukis baginya hanyalah merupakan kegiatan yang dilakukan di
waktu senggangnya dalam tujuh tahun terakhir ini. ”Jangankan ngelukis, nggambar saja nggak bisa kok,”: akunya jujur.
Ia melukis karena ingin mencoba dan mengetahui sejauh mana kapasitas diri yang
ada di dalam dirinya. ”Kita tidak tahu kapasitas itu, makanya harus dicoba,”
tuturnya.
Inggrid mengistilahkan tindakannya ini sebagai
”terapi kejujuran”. Penjelasannya kira-kira begini : Menemukan jati diri dengan
berani mencoba melakukan sesuatu yang sama sekali baru. Meski memakai istilah
”jujur”, Inggrid menolak jika dikatakan
aktivitas sehari-harinya yang bergerak di seputar dunia hiburan dan
pengorganisasian acara penuh ketidakjujuran.
”Lewat lukisan, saya bisa mengekspresikan
kejujuran saya sendiri tanpa harus dibuat-buat, tanpa harus dibagus-bagusin, saya senang, saya
bahagia dengan hasil yang segitu-gitunya.”
jelas perempuan kelahiran Jakarta,
46 tahun silam ini.
Pengakuan Inggrid memang apa adanya. Menyimak
lukisan karya-karyanya, boleh jadi sejenak kita akan berkerut kening. Dominasi
warna-warna terang begitu terasa di kanvas ukuran kecil itu. Obyek-obyek
lukisannya juga amat beragam seperti bunga, matahari, atau rumah
Terasa betul lukisannya dipengaruhi oleh kata hatinya, mulai pemilihan
tema, warna termasuk soal teknik.
Inggrid memulai hobi barunya bersamaan dengan
mencuatnya krisis ekonomi negeri ini tahun 1998. Akibat krisis, bisnis hiburan
yang digelutinya seolah nyaris tanpa
kegiatan, situasi itu mendorong para selebritis melakukan kegiatan amal
melalui pameran lukisan.
”Waktu persiapan pameran, saya mencoba ikut
coret-coret di kanvas. Hasilnya ternyata ikut dipamerkan,” tutur pembawa acara
di beberapa stasiun televisi ini bangga. Ia sendiri mengaku, sedikit pede ikut
berpameran karena nama-nama yang terlibat bukanlah pelukis profesional.
Melainkan sebatas pehobi. Sejak itulah melukis jadi bagian dari aktivitas
barunya.
Saat dilanda kejenuhan oleh pelbagai kerja
kreatif, Inggrid menyisihkan waktu sejenak untuk mengambil kanvas, kuas dan
cat. Ia akan melukiskan apa saja yang terlintas di benaknya. ”Seenaknya aja, saya Cuma ndeprok duduk di lantai terus melukiskan apa saja yang terlintas di
benaknya. Tidak memakai peralatan kayak pelukis beneran, ” kata Inggrid yang selalu
memakai cat akrilik dan kanvas ukuran kecil.
Saat menuangkan ide-idenya itulah, Inggrid
merasakan ketenangan di dalam hati.
Pasalnya sederhana, ia melakukan sesuatu yang disukainya. Setiap goresan dan
perpaduan warna di kanvas dinikmati betul. Setiap bentuk dan warna mewakili
segala imajinasinya tentang kehidupan.
”Aliran saya abstrak,” katanya tanpa melanjutkan lebih lanjut. Tak
heran jika kemudian banyak obyek yang dilukisnya sedikit sulit ditangkap orang
lain yang tidak menyelami pribadi Inggrid lebih dalam. ”Saya gambarkan bunga,
matahari, atau tumbuhan menjalar, sesuai imajinasi saya saja.” tutur perempuan
yang masih melajang ini.
Judul-judul lukisannya juga diselaraskan dengan
minatnya yang besar dalam menulis,
sehingga lahirlah kata-kata seperti Cerita Cinta, Pasrah atau Penari. Lewat judul-judul bernada puitis
ini, diharapkan orang-orang akan semakin mengerti gagasan-gagasan pelukisnya.
Meski masih awam, Inggrid sama sekali tidak
berniat menyempurnakan teknik melukisnya. ”Selain tidak ada waktu, otak ini
sudah nggak sampai kali ye,” katanya sambil terbahak. Maka
ia juga tidak berusaha mempelajarinya secara khusus, seperti mencari buku-buku tentang seni lukis atau
belajar kepada guru tertentu.
Sejauh ini, hasil lukisannya lebih banyak diberikan
ke orang lain sebagai hadiah. ”Mungkin karena lukisan saya dekoratif dan cocok
dengan interior rumah,” duganya. Ada sekitar 15 lukisan yang kini dipasang di
rumah teman atau tempat lain.
Sebuah lukisan biasanya dia selesaikan dalam dua
atau tiga hari. ”Namun, saya selalu menyelesaikan setiap lukisan sampai tuntas,
sampai diberi bingkai. Saya tidak pernah berhenti di tengah jalan,” kata putri
dari Bambang Widjanarko, mantan ajudan Bung Karno ini.
-o0o-
Untuk mempelajari
Art Painting Therapy
Bisa dihubungi :
V. J. Priyana, MA
Untuk info Terapi Seni Lukis hubungi :
Rumah Sehat Thera Afiat
Jl. Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Telp./WA 08111494599
08788 3171247
Pin 28303BAC
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar